Cerita Sore dari Secangkir Coklat Hangat di Pasar Apung

secangkir kopi dan susu coklat
Sekitar pukul empat sore, rombongan dari Surabaya sudah sampai ke destinasi tujuan kedua yaitu museum angkut. Turun lah kami bergantian dari bis, untuk menuju loket masuk museum. Dengan tawa yang sangat membahagiakan, dengan senyuman terbaik di sore itu, berangkat lah kami bebarengan menuju loket masuk. Untuk menuju loket masuk museum, kami harus melewati pasar apung yang Indonesia banget. Mulai dari rumah-rumah khas Kalimantan, Toraja, Lombok, pokoknya banyak deh. Selain dibangun dengan pernak-pernik nusantara, yang paling terbaik dari pasar apung ini adalah wisata kuliner nusantaranya. Mantap banget!

Selama melewati pasar apung, ada kejadian yang menggilitik sampai bikin ketawa terpingkal-pingkal. Kejadian ini muncul karena ide dari Mas Ajun untuk menyamar sebagai bule dari China dan saya sebagai translatornya. Karena saya orangnya receh banget ya, saya nggak bisa nahan ketawa. Penyamaran ini kita berdua lakukan di mbak mbak penjual kacang. Mulailah kami berakting sebagai bule dan translator. Btw, itu Mas Ajun pakai bahasa China ngawur dan saya pun juga. 

"mbak, ini kacangnya berapaan ya?" tanyaku kepada mbaknya
"empat ribuan, mbak," jawab mbaknya

Setelah tanya mbaknya, saya langsung mengobrol dengan Mas Ajun dengan bahasa alien kali ya. Nggak ngerti juga saya. Hahahaha. Mungkin seperti ini percakapannya.

"sang xeng cong asjdhdgwgduwgfwdkjahdiuwghduygwudfwu," kataku ke Mas Ajun
"hwgduyegwruegwhjbfnbsfhewkkjwnhjiwehriuwrhjhjriowjiio," jawab Mas Ajun

Karena saya sudah malu ya dengan percakapan kami, mau tidak mau akhirnya saya beli satu bungkus kacang. Dan setelah meninggalkan mbak kacang, tawa kami meledak. Hahahahah gokil anjir

Akhirnya, sampailah kami di depan loket masuk. Sembari menunggu tiket gelang yang masih dibelikan, Mas Jono dan Mbak Devi mengajak saya untuk ngopi cantik sebelum masuk museum angkut. Tapi niat itu ditahan dulu sampai dapat tiket gelang. Ya biar kebagian tiket dulu kaaaaan, biar nanti gak bayar lagi masuknya huehehehe.

Setelah mendapat tiket masuk, kami bertiga mencar sendiri tidak ikut rombongan. Rombongan pada masuk museum, kami putar balik ke arah pasar apung lagi. Karena niat kami mau ngopi, kita pilih warung yang jual kopi asli, bukan kopi sachet. Akhirnya ketemu lah kita dengan kedai yang jual kopi asli hitam bubuk bukan sachetan. Hahahaha. Tapi karena saya bukan peminum kopi, saya hanya memesan secangkir susu coklat hangat. Jangan khawatir soal harga, meskipun lokasi kedai ada di tempat wisata, harga secangkir kopi dan susu pun sudah standar. Untuk secangkir kopi hitam kami hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 5000 dan secangkir susu coklat hangat dengan harga Rp. 8000.

nyeker is fun
Setelah pesanan datang, tiba-tiba ada yang kelaparan yaitu Mas Jono. Namun, yang dia inginkan bukanlah nasi tapi tahu petis yang dijual di depan gapura masuk loket museum. Akhirnya, saya dan Mbak Devi menuju ke mbak tahu petis. Daaaaaan yang kami lakukan untuk menuju ke mbak penjual tahu yaitu dengan nyeker. Untuk yang belum tahu nyeker itu apa, nyeker adalah berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Segar sekali jalan tanpa menggunakan alas kaki, di pasar apung yang emang tradisional banget. Penjualnya pun berjualan di atas perahu kecil di sungai. Pengunjung juga bisa naik perahu untuk menikmati jajanan disana. Kami berdua tanpa malu berjalan, karena emang pada gak kenal ya. Jadi yaaaa cuek saja, hehehe.

Setelah membeli tahu petis dengan harga Rp 10000 dapat enam biji tahu dengan petis enak dan cabe rawit super pedas. Duduklah kami bertiga, menikmati sore hari dengan bercengkrama dan tertawa. Banyak sekali cerita yang kami bahas. Mulai dari kehidupan, kerja, dan yang paling banyak dibahas yaitu soal asmara. Gimana nggak dibahas, dua cewek ini samasama masih belum berkeluarga. Jadi banyak dinasehatin sama Mas Jono yang sudah lebih banyak pengalaman daripada kami.

ngopi cantik 
Dan dari perjalanan saya bersama cece (re: Mbak Devi) dan Mas Jono, membuat saya banyak belajar soal asmara, hidup, dan karir. Dan dari semua perbincangan soal asmara, yang saya garis bawahi dari semua perbincangan kemarin adalah jangan sepenuhnya memakai hati saat berhubungan dengan orang.

Lalu masuk ke perbincangan soal tikung menikung seperti gebetan kita disuka temen sendiri, atau gebetan kita juga deket sama temen, atau temen kita ngegebet gebetan kita. Jawaban paling plong adalah jawaban dari cece yaitu

"aduh kok gak tertarik ya sama orang yang sudah disukai sama orang, apalagi temen kita sendiri. Kalau gebetan kita mau digebet temen sendiri, atau gebetan kita juga deket sama temen kita, yauda sih, kasih kasih aja, nggausa pake rebutan gitu. Mo ambil silahkan, kite mah ngalah aja sis," Jawab cece dengan enteng.

Dan lagi-lagi balik ke omongan Mas Jono kan ya, jangan sepenuhnya pakai hati, biar kalau jatuh gak sakit-sakit banget. Aslinya banyak banget cerita sore itu, sampai-sampai nggak kerasa udah jam lima lebih dikit, dimana udah hampir sejam kita nongkrong dan belum masuk museum. Hahahahaha. Akhirnya kita menyudahi perbincangan sore ini dan masuk ke museum dengan senyuman lega karena sudah bertemu secangkir kopi, susu coklat, dan perbincangan seru. Daaaaaaan meskipun di museum angkut puuuuun, kita juga masih bertiga. Dan masih ngelanjutin ngobrol juga, berasa kayak liburan bertiga nggak sama rombongan hahaha,


Salam dari kami bertiga, Mufa, Jono, dan Cece.

Komentar

Postingan Populer