The Story Of Wagiman Torpedo

Setiap pasangan yang sudah menikah tentu saja memimpikan kebahagiaan di dalam hubungannya. Mendambakan kehidupan layaknya dongeng dengan akhir cerita yang bahagia. Pun demikian dengan keinginan Wagiman Torpedo sebagai seorang suami. Wagiman Torpedo adalah seorang pengusaha batu bara yang kaya raya dengan harta melimpah. Namun dibalik kesempurnaan hidupnya, Wagiman Torpedo tetaplah seorang pria yang memiliki banyak kekurangan.

Tidak pernah Wagiman tidak mengeluh. Setiap harinya, sepulang dari kantornya dia lebih memilih sambat kepada jongosnya, Si Gombloh. Dan sebagai jongos, Gombloh tetap sabar menanggapi berbagai sambatan yang dilontarkan majikan yang doyan mengeluh tersebut. Hingga akhirnya Si Gombloh menyuruhnya untuk membicarakan masalahnya dengan istrinya. Karena sumber dari kesambatannya adalah soal pernikahannya dengan istrinya, Sri, yang tak dikaruniai anak. Meskipun tahun pernikahannya sudah menginjak ke angka tujuh belas.

Saat itu istrinya tengah melipat tumpukan baju yang menumpuk karena Asih, pembantunya, belum saja datang ke rumah setelah ijin pulang ke desa karena anaknya sakit. Wagiman agak ragu ketika harus menemui istrinya untuk membicarakan hal tersebut. Takut membuat istrinya bersedih, atau bisa jadi malah menjadi pertengkaran hebat diantara keduanya. Namun, Wagiman tetep kekeh dengan saran dari Si Gombloh untuk membicarakan persoalan yang sudah dirasa darurat ini.

"Mih, masak apa hari ini?" Tanya Wagiman basa-basi meski gelagatnya sudah dicurigai oleh Sri.

"Duh, Pih. Kan semalam Papih minta dimasakin sayur asem lauk dadar jagung dan pepes ikan kesukaan kamu. Ya, itu yang aku masak." Jawab Sri dengan tenang.

Wagiman mulai bingung membuka obrolan dengan istrinya. Padahal biasanya obrolan dengan istrinya selalu lancar. Dibalik itu, Sri, sudah melihat gelagat aneh suaminya.

" Piye, Pih. Kenapa, Onok opo. Sini duduk dulu, jangan berdiri di depan lemari." Kata Sri sambil memberikan isyarat agar Wagiman duduk di sebelahnya.

"Begini, Mih. Pernikahan kita ini sudah itungannya lama. Gaya apapun wes dicoba, tapi kok ndak dikasih momongan sama yang di atas ya, Mih. " Curhat Wagiman ke Istrinya. Meskipun mimik mukanya terlihat murung, dia masih bisa memberikan candaan di pembicaraannya.

"Hahahaha. Sing sabar toh, Pih..Mungkin Gusti Allah ada rencana lain buat kita. Wong awak dewe wes kemprat kemprut sampai gaya helikopter kalau belum dikasih. Ya belum waktunya," Jawab Sri sambil otaknya berpikir dan merasa sedih.

"Maksudku gini, Mih. Entah aku apa Mamih pasti pingin punya anak, toh. Kalau aku punya anak, dunyane awak dewe iki iso diterusne anak-anak kita, Mih." Jawab Wagiman memelas.

Sri tahu betul kalau suaminya sudah mendambakan seorang anak yang lucu. Seorang anak yang akan menemani dia di sore hari. Seorang anak yang akan ikut menjaga burung-burung peliharaan bapaknya dan kegiatan lain yang ingin dihabiskan bersama anaknya.

"Gini, Pih. ndak sampeyan thok yang mau anak. Saya pun, Pih. Tapi kalau memang Papih kekeh mau punya anak. Aku mung iso dungo wae. Apa maunya Papih, apa inginmu aku turuti. Sing penting podo enak e." Jawab Sri dengan pasrah.

Pikiran Wagiman mulai aneh-aneh ketika istrinya memutuskan untuk berkata seperti itu. Serasa mendapat angin segar, Wagiman pun mendapat ide yang menurutnya bagus. Dan sesegera mengecup kening istrinya, dan beranjak pergi keluar. Dan Sri terkulai lemas dan mulai menyesali perkataan yang dilontarkan kepada suaminya.

========

Malam telah berlalu, pagi-pagi sekali Wagiman sudah sibuk di meja kantornya. Entah kena setan mana yang membuat dia jadi lebih rajin dari sebelumnya. Tiba-tiba Nancy, sekretaris kantor yang semok datang dan menyapa Wagiman.

"Pagi, Pak Wagiman," Ucap Nancy dengan kecentilannya yang biasanya.

Seketika itu Wagiman merasakan sesuatu yang dulu pernah ia rasakan dan sempat terlupakan. Perasaan itu adalah deg deg ser, bukan berarti Wagiman tidak jatuh hati lagi pada Sri. Namun, semenjak tak kunjung dikaruniai anak, Wagiman dan Sri susah untuk melampiaskan berahinya.

"Cantik sekali hari ini, Nancy." Jawab Wagiman dengan nakal.

Nancy sadari bahwa bosnya adalah laki-laki tajir, ganteng, dan beristri. Namun terkadang Nancy merasa Wagiman adalah pria yang tepat untuknya. Bekerja dengan Wagiman selama kurang lebih lima tahun, membuat Nancy tahu betul seperti apa bosnya ini.

"Lagi apa, Nancy?" Tanya Wagiman mengagetkan Nancy yang sedang memikirkan Wagiman.

" Eh, anu, ini, pak. Nancy lagi bikin laporan yang di Desa Ngingas." Jawab Nancy gelagapan.

Entah mengapa hari ini keduanya tampak berbeda. Nancy pun merasakan perasaan yang tak karuan. Meskipun salah tingkah, Nancy tetap seperti biasanya yaitu kecentilan.

"Nancy, kamu kok nggak nikah-nikah, ya?" Tanya Wagiman di depan Nancy.

"Hehehe, belum ada yang cocok, pak." Jawab Nancy malu-malu.

"Padahal kamu cantik. Mosok ndak ada yang cocok apa gimana gitu." Ujar Wagiman penasaran.

Nancy sudah bingung menjawab, ada sedikit pikiran untuk balik menggoda namun ia urungkan.

"Hehehe...ya gitu, pak. Mungkin belum jodohnya. Nanti kalau ada pasti ya undang bapak, kok. Memangnya kenapa sih, Pak Wagiman? " Nancy menjawab sambil menatap wajah Wagiman.

"Gini-gini, aku mau to the point aja, ya. Kalau kamu memang belum ada calon.. Kamu mau ndak nikah sama saya?" Wagiman mulai mendekati wajah Nancy dengan tatapan serius.

Nancy gugup. Tak tahu harus bagaimana dengan tatapan yang sungguh menggairahkan dan sulit dilepaskan.

"Aduh, pak.. Istri bapak, gimana?" Jawab Nancy dengan salah tingkah.

"Gampang, Sri sudah saya atur. Sekarang tergantung kamu saja, kalau iya, saya lanjutkan. Kalau ndak mau, ya harus mau." Wagiman berbicara dengan sedikit tertawa yang secara tak langsung membuat Nancy ikut tertawa.

"Yasudah, pak. Selama istri bapak rela dan ikhlas, saya mau kalau jadi istri kedua. Pokoknya bapak sama saya, sama-sama enak." Nancy memegang tangan dan tersenyum.

Akhirnya terjadilah pernikahan kedua Wagiman. Pernikahan yang belum didengar oleh istrinya. Wagiman berbohong. Wagiman belum mengurus rencana pernikahan ini pada Sri. Wagiman hanya peduli dengan sendirinya. Sementara itu, Nancy bahagia sekali. Baru ini Nancy menikah dan menjadi istri seorang pengusaha sukses. Yah, meskipun menjadi istri kedua, Nancy tahu betul bahwa dia akan memberikan kebahagian yang belum diberikan oleh Sri yaitu anak.

========

Bersambung

Komentar

Postingan Populer